Lapor Pasca

Prodi S3 PAUD UNJ Gelar Seminar Nasional: “Pendekatan Multiperspektif Perkembangan dan Pendidikan Anak Usia Dini Di Era Society 5.0”

Prodi S3 PAUD UNJ Gelar Seminar Nasional: “Pendekatan Multiperspektif Perkembangan dan Pendidikan Anak Usia Dini Di Era Society 5.0”

(Rohita, kandidat doktor PAUD UNJ angakatan 2022)

Progam Studi S3 PAUD UNJ dimotori oleh Mahasiswa Kandidat Doktor Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Jakarta Angkatan 2022-2023 menyelenggarakan seminar nasional (semnas) dengan tema “Pendekatan Multiperspektif Perkembangan dan Pendidikan Anak Usia Dini Di Era Society 5.0”. Semnas yang dilaksanakan pada Selasa, 20 Juni 2023 mulai pukul 07.30 WIB ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan bulan Dies Natalis UNJ ke-59.  Kegiatan ini diselenggarakan secara daring melalui zoom cloud meeting dan diikuti oleh 230 orang peserta dari berbagai daerah yang terdiri atas mahasiswa, dosen, praktisi, dan pemerhati PAUD.

Acara seminar nasional dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars UNJ, serta sambutan sekaligus pembukaan acara seminar nasional yang disampaikan oleh Direktur Pascasarjana, Prof. Dr. Dedi Purwana E.S., M.Bus.

Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa:

“bangsa ini punya mimpi besar menjadi negara dengan perekenomian terbesar ke-5 di tahun 2045. Di asumsikan pada saat itu pendapat perkapita masyakarat Indonesia mendekati angka 30.000USD/ tahun artinya setara dengan tingkat kesejahteraannya sama dengan warga negara Singapura. Ketika Indonesia ingin menduduki posisi tersebut maka tidak ada acara lain selain membangun infrastruktur yang mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi serta bagaimana bangsa ini menyiapkan SDM yang unggul di masa tersebut. Oleh karena itu menjadi penting generasi Z yang kita didik sekarang ini mereka akan berkiprah di tahun 2045. Bonus demografi yang sering didengungkan harus dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik, sehingga menghasilkan SDM yang mampu berkontribusi di tahun 2045 nanti. Jenjang yang paling punya posisi strategis adalah di PAUD, sehingga bisa mencetak generasi emas untuk masa yang akan datang. Sehingga bagaimana menangani Pendidikan pada level PAUD, melalui seminar ini dapat memberikan kontribusi berbentuk rekomendasi, kebijakan, policy brief untuk para stakeholder PAUD mengenai apa yang harus dilakukan dalam menghadapi era society 5.0, yaitu bagaimana manusia tidak dikendalikan oleh tekonologi digital tetapi hanya tools agar manusia lebih berkualitas.”

Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan sesi panel yang meliputi penyampaian materi, diskusi dan tanya jawab, serta penyerahan sertifikat untuk pembicara. Seminar nasional dikemas dengan dua model, yaitu model panel yang menghadirkan pembicara dari Australia dan Indonesia yaitu: Dr. Nikolai Veresoy (Monash University, Australia) yang membawakan materi tentang “Cultural-Historical Research Methodology: Studying Child Development”, dan Ade Dwi Utami, Ph. D. (Universitas Negeri Jakarta) yang membawakan materi tentang “Implementasi Cultural-Historical Research Methodology Studying Children’s Learning and Development”, Prof. Dr. Ir. Netty Herawati, M.Si. (Universitas Riau) yang membawakan materi tentang “Implementasi PAUD HI di era society 5.0”, dan Irwan Gunawan, M. Pd. (Tanoto Foundation), Harris Iskandar, Ph. D. (Direktorat PAUD) yang membawakan materi tentang “Kebijakan PAUD HI di era Society 5.0”, Prof. Dr. Yuliani Nurani, M. Pd. (Universitas Negeri Jakarta) yang membawakan materi tentang “Optimalisasi Potensi Anak Berbasis Neurosains: Penelitian Longitudinal Selama 19 tahun”, dan Dr. Asep Supena, M. Psi. (Universitas Negeri Jakarta) yang membawakan materi tentang “Pendidikan Inklusi Anak Usia Dini”.

Secara singkat, dalam sesi panel, Dr. Nikolai Veresoy menyampaikan mengenai lima prinsip Cultural-Historical Research Methodology, yaitu: 1). the principle of buds of development; 2). the principle of category/ drama; 3). the principle of interaction of ideal and real forms; 4). the principle of developmental tools; dan, 5). the principle of sustainable results.

 

Dr. Nicolai Veresoy, narasumber dari Monash University

Paparan Nikolay dilengkapi dengan paparan Ade Utami, Ph.D. Dalam kesempatan ini, beliau menyampaikan beberapa hasil penelitiannya mengenai implementasi dari cultural-historical. Diantaranya menjelaskan bahwa dengan cultural historical theory memposisikan adanya player role, memposisikan guru untuk berperan sebagai teman bermain anak, partner bermain anak, dan bukan hanya melihat dari jauh atau terlibat hanya dalam instruksi dan mendampingi anak.

Prof. Dr. Ir. Netty Herawati sebagai narasumber ketiga menyampaikan bahwa “masa depan tidak kita ketahui. Yang perlu dilakukan adalah mengajarkan anak-anak kita mencintai belajar dan pandai cara belajar sehingga ketika menjumpai kesulitan, anak akan bisa menghadapinya.” Paparan dilanjutkan oleh Iwan Gunawan, yang menyampaikan mengenai Rumah Anak Sigap, sebagai model intervensi pengembangan anak usia dini. Sebagai sebuah Lembaga filantropi, terdapat tiga fokus yang dilakukan Tanoto Foundation yaitu: 1). Improving learning environments, future leaders development, and medical research and sciences. “Bekerjasama dengan berbagai pihak, Tanoto berupaya untuk memastikan bahwa anak-anak Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang mencapai cita-cita mereka”, demikian disampaikan.

 

Pembicara selanjutnya adalah Haris Iskandar, Ph.D. Pada kesempatan ini beliau menyampaikan bahwa meskipun belum ada kebijakan pemerintah secara khusus mengadopsi konsep society 5.0 dalam PAUD HI, upaya meningkatkan akses dan kualitas PAUD HI sudah sejalan dengan prinsip-prinsip masyarakat yang inklusif, inovatif, kolaboratif, dan berkelanjutan yang menjadi ciri dari society 5.0.  Prof. Dr. Yuliani, M.Pd., sebagai narasumber keenam memaparkan mengenai hasil penelitian longitudinalnya yang dilakukan selama 19 tahun. Dari penelitian tersebut, beliau menemukan metode Observasi, Eksplorasi, Dikembangkan (OED) untuk menstimulasi perkembangan anak. Pembicara terakhir adalah Dr. Asep Supena, M.Psi., yang memfokuskan pada Pendidikan inklusif anak usia dini. Beliau menyampaikan bahwa salah satu perspektif dari pandangan multiperspektif anak usia dini adalah bagaimana nasib anak-anak usia dini yang berkebutuhan khusus. Terdapat persyaratan yang harus dipenuhi Ketika ABK masuk ke TK umum, yaitu: 1). Adanya guru pembimbing khusus; 2). Modifikasi kurikulum dan pembelajaran; 3). Lingkungan fisik yang ramah dan fleksibel; 4). Lingkungan sosal yang ramah; 5). Adanya program kebutuhan khusus. Jika kelima hal ini dapat disediakan sekolah, maka akan sangat baik bagi ABK yang masuk ke TK umum.

Paparan
Nikolay dilengkapi dengan paparan Ade Utami, Ph.D. Dalam kesempatan ini, beliau
menyampaikan beberapa hasil penelitiannya mengenai implementasi dari cultural-historical.
Diantaranya menjelaskan bahwa dengan cultural historical theory
memposisikan adanya player role, memposisikan guru untuk berperan
sebagai teman bermain anak, partner bermain anak, dan bukan hanya
melihat dari jauh atau terlibat hanya dalam instruksi dan mendampingi anak.

Prof.
Dr. Ir. Netty Herawati sebagai narasumber ketiga menyampaikan bahwa “masa depan
tidak kita ketahui. Yang perlu dilakukan adalah mengajarkan anak-anak kita
mencintai belajar dan pandai cara belajar sehingga ketika menjumpai kesulitan,
anak akan bisa menghadapinya.” Paparan dilanjutkan oleh Iwan Gunawan, yang
menyampaikan mengenai Rumah Anak Sigap, sebagai model intervensi pengembangan
anak usia dini. Sebagai sebuah Lembaga filantropi, terdapat tiga fokus yang
dilakukan Tanoto Foundation yaitu: 1). Improving learning environments,
future leaders development, and medical research and sciences.
“Bekerjasama
dengan berbagai pihak, Tanoto berupaya untuk memastikan bahwa anak-anak
Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang mencapai
cita-cita mereka”, demikian disampaikan.

Pembicara
selanjutnya adalah Haris Iskandar, Ph.D. Pada kesempatan ini beliau
menyampaikan bahwa meskipun belum ada kebijakan pemerintah secara khusus
mengadopsi konsep society 5.0 dalam PAUD HI, upaya meningkatkan akses dan
kualitas PAUD HI sudah sejalan dengan prinsip-prinsip masyarakat yang inklusif,
inovatif, kolaboratif, dan berkelanjutan yang menjadi ciri dari society 5.0.  Prof. Dr. Yuliani, M.Pd., sebagai narasumber
keenam memaparkan mengenai hasil penelitian longitudinalnya yang dilakukan
selama 19 tahun. Dari penelitian tersebut, beliau menemukan metode Observasi,
Eksplorasi, Dikembangkan (OED) untuk menstimulasi perkembangan anak. Pembicara
terakhir adalah Dr. Asep Supena, M.Psi., yang memfokuskan pada Pendidikan
inklusif anak usia dini. Beliau menyampaikan bahwa salah satu perspektif dari pandangan
multiperspektif anak usia dini adalah bagaimana nasib anak-anak usia dini yang
berkebutuhan khusus. Terdapat persyaratan yang harus dipenuhi Ketika ABK masuk
ke TK umum, yaitu: 1). Adanya guru pembimbing khusus; 2). Modifikasi kurikulum
dan pembelajaran; 3). Lingkungan fisik yang ramah dan fleksibel; 4). Lingkungan
sosal yang ramah; 5). Adanya program kebutuhan khusus. Jika kelima hal ini
dapat disediakan sekolah, maka akan sangat baik bagi ABK yang masuk ke TK umum.

 

Sesi
tanya jawab

Selesai sesi panel,
dilanjutkan dengan sesi parallel dalam
model
breakout room yang terbagi menjadi 5 room
dengan sub tema yang berbeda. Kelima sub tema tersebut yaitu: 1). Parenting
di Era Society 5.0; 2). Peran Kesehatan dan Gizi bagi Kualitas Hidup Masa Depan
Anak Kesehatan dan gizi; 3). Intervensi Pendidikan Anak Usia Dini: Perspektif
Agama, Sosial, dan Budaya; 4). Membangun Pondasi Perkembangan Anak: Strategi
dan Praktik Baik; dan, 5). PAUD HI: Kebijakan dan Implentasinya di Era Society
5.0. Kegiatan seminar nasional selesai pada pukul 15.00 WIB.

Foto Bersama peserta
seminar nasional